AREK MEJIDAN VS AREK PASARAN

 

sumber photo : https://ma.ittifaqiah.ac.id/blog/sahabatkuanisa-setiana-lestari/


Ada dua kelompok besar dalam pembagian kelompok teman sepermainanku. Yang pertama terkenal dengan sebutan Arpas, arek pasaran. Rumah mereka ada disekitar Pasar Sanggar. Anggotanya antara lain Misadi, Sokeh,  Nasin, Mahfud Cak Ajir, Mariyanto /Ganden dan lain lain. 
Yang satu sebutannya Armes. Arek Mesjidan. Selanjutnya huruf s ditengah kata itu sengaja dihilangkan, untuk memudahkan penyebutan. Jadinya Arek Mejidan.
Aku termasuk arek Mejidan, karena rumahku dekat Masjid. Anggotanya antara lain Mahfud Gedek, To ireng, Slamet Pindang, ilyas, Yodin, Kun, Ridwan Mahin dan lain lain.
Kedua kelompok ini selalu bersaing dalam segala Hal. Terutama Bal balan. Juaranya silih berganti kadang Arpas Menang, kadang Armes yang menang.
Memang kalau dihitung sekornya lebih banyak Armes yang menang. Mungkin karena lapangan sepak bolanya dimiliki oleh Armes dekat dengan Masjid.
Namanya arek mejidan, kegiatan harianku gak jauh jauh dari masjid . Siang hari setelah sekolah kita semua kumpul di halaman masjid yang cukup luas, main sredek dengan mengumpulkan sisa pembungkus rokok yang disusun berdiri membentuk gunungan, terus dihantam dengan batu ceper menggunakan kaki. Untuk itu kita harus kumpulkan bungkus rokok sebagai modal permainan. Kalau lagi menang , senanglah hati kita karena berhasil mengumpulkan bungkus bungkus rokok dalam jumlah yang cukup banyak. Tapi kalau pas kalah, maka kita harus "nrutuk" di sekitar terminal dan pasar sambil menundukkan kepala mengumpulkan bungkus rokok ini. Kadang kalau pingin praktisnya kita bisa beli dengan uang serupiah dapat 10 bungkus di teman sendiri. Rupanya peredaran uang di area itu cukup besar. Bahkan To Ireng bisa sampek membeli Es Rolli dari uang penjualan bungkus rokok ini.
Yang gak punya uang cukup menelan ludah melihat To ngemut es rollinya. Syukur kalau hati To sedang baik, kita juga bisa merasakan satu dua emutan Es Rolii nya. Hmmmm lumayan..!
Setelah Asyar lokasi permainan pindah ke lapangan bola. Bal balan dengan luas seperempat lapangan. Gawangnya kita buat dari sandal dan baju yang diunduk unduk. Seru, rame dan menyehatkan.
Kalau pemainya kelebihan, aku lebih senang naik kerbau yang di "angon " pemiliknya di pinggir lapangan. Aku sampai mahir naik kerbau yang badannya cukup besar itu. Cara nya dengan memanjat lewat tungkai kaki depan kerbau atau yang lebih ekstrem kita bisa lewat kepalanya. Tentu cara ini diperlukan keberanian dan ketangkasan melakukanya. Gak semua temanku berani memakai cara kedua ini. Kalau sudah berhasil aku bisa tidur di punggung kerbau kerbau ini. Bangga rasanya melihat teman teman memandang kagum atas keberanianku ini.
Kegiatan ini berlangsung sampai menjelang maghrib. Bahkan ada yang habis mandi kembali lagi meneruskan bal balan sampai magrib tiba.
Terdengar beduk di Masjid berbunyi, kita segera ngumpul menunaikan sholat magrib berjamaah.
Guru ngaji kami namanya Pak Bashori, pegawai KUA beliau tinggal di rumah kecil yang dibangun di sebelah masjid. Orangnya tegas dan disiplin. Aturan terbaru untuk kami adalah gak boleh terlambat mengikuti sholat magrib dan isya'berjamaah
" Bagi santri yang terlambat satu rekaat, hukumannya di jiwit di pupunya satu kali, terlambat dua rekaat dijiwit 2 kali dan seterusnya! "
Begitu aturan itu ditegaskan kembali oleh pak Bashori.
Hasilnya, sekarang teman teman mulai berkurang yang terlambat untuk sholat berjamaah. Tapi dampaknya negatifnya teman teman gak ada yang khusuk untuk sholat. Sepanjang acara sholat saling tengok kanan kiri untuk "niteni" siapa yang terlambat hari itu.
" Pak Yai, slamet pindang tadi terlambat dua rekaat! "
Lapor Mahin temanku.
"Mahfud gedek juga pak Yai! "
Padahal slamet dan mahfud ini rumahnya di dekat masjid sini
" Ayo Met dan mahfud kesini.! "
Perintah pak Bashori.
Slamet dan Mahfud mendatangi pak Bas dan bersila di depan beliau. Segera Pak Bas mencubit slamet dua kali di pahanya. Slamet mringis menahan sakit, kemudian kembali ketempat dengan agak terpincang pincang.
To ireng mengomentari:
"Njadis..! Rasakno! "
Diiringi tawa teman teman.
Masjid itu masih di terangi dengan sinar lampu petromak. Karena aliran listrik saat itu belum masuk di desa kami. Kalau bulan sedang tanggal satu lokasi sekitar masjid kelihatan gelap gulita. Bahkan untuk pulang dari masjid sampai ke rumah aku harus berlari kencang, takut ketemu hantu "medon". Tapi kalau bulan sedang purnama, setelah sholat isya permainan masih berlanjut di depan masjid. Biasanya kita main gobak sodor atau jek-jekan.
Penunggu masjidnya namanya Pak De khoir. Orangnya sudah tua, seluruh hidupnya dihibahkan di masjid ini. Bahkan tidurpun beliau tidur di madjid. Beliau gak punya Isteri kabarnya sudah meninggal lama sekali. Menurut beberapa orang Pak De khoir ini sebenarnya sudah beristri lagi tapi bukan dengan orang, melainkan dengan Jim ( waktu itu kita menyebutnya begitu bukan Jin tapi Jim).
Kami pernah membuktikan ini dengan mengintip keseharian pak de khoir ini di masjid. Kadang kalau gak ada kegiatan beliau duduk di pojokan masjid sepertinya asyik berbincang bincang dengan seseorang di depannya. Padahal tidak ada orang sama sekali di dekatnya. Tugas beliau menabuh beduk dan adzan. Selain Pak De khoir, tidak ada orang yang berani tidur di masjid. Pernah kang Syafii mencoba menemani pak De khoir untuk tidur di masjid. Begitu bangun dia sudah berpindah di slempitan bawah beduk. Dipindah oleh Jim.
Sejak saat itu tidak ada yang berani tidur di masjid.
Imam masidnya bergantian, kadang Pak Bashori kadang Pak Yai Asbullah,bisa juga Mbah Siddiq.
Dasar anak anak, mereka lebih senang diimami oleh pak Bashori karena ekspres, agak cepat.
Tapi kalau yang ngimami pak Yai Asbullah semua kompak mengeluh. Bahkan ditengah tengah sholat rekaat ke dua ada teriakan lirih dari belakang :
"Kebluk! ,kebluk..!"
Kami semua paham arti kata itu, dan mungkin hanya ada di sanggar.
Kebluk artinya lambat sekali.. Ha ha ha. Opo tumon?
Kalau sudah seperti itu sholat kita semakin gak khusuk . Ada saja yang dilakukan teman teman. Ada yang menyorongkan sikunya, hingga kalau sebelahnya bangkit dari duduk takhiyat kena siku tangannya. Ada yang "nggejoh" kaki temannya. Bahkan ada yang sempat sempatnya mengambil pemukul bedhuk untuk diselempitkan ke kaki temannya .
Surat Al Qur' an favorit yang sering dibaca pak Asbullah kita sampai hafal yaitu surat Liilaafi Quroisin. Dan teman teman ramai menirukan Pak Yai Asbullah terutama pada kalimat....... Falya'budu robbahal baitilladi at amahum.. Min juuk... Dikalimat terakhir biasanya kita bunyikan bersama sama,kuat dan mantap. :
"Min Juuk!.. "
Dasar anak anak!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NILAI RAPORT SEMENTARA TAHUN 2017

APAKAH INI CINTA?